Kisahku Kisahmu melebur menjadi Kisah Kita [PERGUNU]

 

PERGUNU

“Tuliskan Saja pada secarik kertas”

Tuliskan saja disecarik kertas keinginan-keinginanmu siapa tahu suatu saat akan terijabah. Yah begitulah kiranya ucapan yang saat ini bisa ku katakan. Dulu aku pernah bermimpi besar untuk melanjutkan pendidikan sekolah dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN)/ Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga nanti bisa ke jenjang Strata Tiga (S3), dan tak tanggung-tanggung keinginanku kuliah di luar negeri. Dan masih banyak lagi mimpi-mimpi yang lain baik yang bersifat jangka panjang, jangka menengah, serta pendek. Namun namanya mimpi-mimpi ada yang bisa diwujudkan dengan kemampuan diri, terkadang kita banyak saja bermimpi tapi lupa mengukur kemampuan diri baik dari segi batiniah atau dzahiriah.

Kehidupan terus bergulir layaknya jarum jam dinding yang bergerak maju, juga roda kehidupan yang tak selalu di bawah, tak selalu di atas. Ada duka ada bahagia, dua sisi yang akan saling berkaitan sampai kapanpun. Dalam Al-Qur’an di nashkan “ setelah ada kesulitan pasti ada kemudahan”, hal itu berulang di ayat setelahnya. Meski begitu sebagai manusia biasa, tak luput dari naik turunnya suatu iman, kadang di atas kadang di bawah. Cita-cita  menjadi guru setelah diingat-ingat sewaktu kecil tiada niatan untuk menjadi guru, perjalanan kuliahlah mungkin yang memaksaku untuk mendapatkan secarik kertas menjadi Guru. Sewaktu di Panti Asuhan dulu juga hanya manut, di suruh kuliah, kuliah tak terlalu memikirkan endingnya seperti apa, malahan dulu sewaktu SD bercita-cita jadi pendekar, dah itu aja tiada yang lain.

Empat tahun kelar sudah masa dibumi Sleman Jogjakarta dalam mencari dan mengabdikan diri, dan akhirnya harus mengikuti arus untuk hijrah ke Solo, lebih tepatnya di Krapyak,Kartasura guna melanjutkan  jenjang pendidikan lebih tinggi dari yang sebelumnya. Nyantri dan kuliah sebagai rutinitas yang menjadi bagian hidup. Tahun 2013- 2017 kurang lebih empat tahun menyelesaikan studi program strata 1/ sarjana. Dengan biaya bidikmisi hingga lulus, hanya saja tetap ada sisi kurang syukurnya tatkala belum cair-cair sedangkan kebutuhan sehari-hari dan pondok belum terbayarkan. Walaupun begitu ada banyak hikmahnya yang mungkin bisa dirasakan oleh keadaan serta kenyataan bagi setiap individu seseorang. Tanali hun 2017 akhir berhijrahlah ke Kota Klaten hampir selama 3 tahunan sedikit mengenali daerah sini dan juga organisasi yang berada di bawah naungan Nahdlatul ‘Ulama salah satunya adalah PERGUNU.

Persatuan Guru Nahdlatul ‘Ulama (PERGUNU), mungkin bagiku sangat asing pada saat itu sesuatu yang tak pernah aku dengar sebelumnya. Suatu organisasi yang baru aku ketahui dikemudian hari, tepatnya ditempat ini. Tatkala ada informasi beasiswa S2 perasaan terbaduk- aduk, campur baur, disisi baik ingin ikut melanjutkannya, disisi lain juga faktor Uang menjadi salah satu penyebab gundahnya hati, antara iya dan tidak. Suatu ketika ada pengumpulan formulir anggota dan formulir beasiswa dengan beberapa persyaratannya. Dalam benakku tak pernah terbesit untuk bisa melanjutkan program pascasarjana melalui jalur PERGUNU karena memang niat awal bergabung hanya ingin mencari ilmu,menambah pengalaman lebih-lebih mencari barokah dari para-para tokoh Nadhlatul ’Ulama. Pengumpulan formulir berada di kantor PCNU Jombor Klaten. Dari sinilah sedikit ku mengenal yang namanya Pak Yai Hamidi, Pak Yai Aziz dan masih banyak lagi, lebih-lebih dengan yang namanya Arif Hantoro. Lambat laun menjadi akrab-akrab lalu setelahnya banyak tak repotin, pulang pergi ke kampus selalu nebeng dia, bisa dihitung mungkin beberapa kali yang tak nebeng dia. Masuk kampus pertama di UNU Surakarta terasa gimana gitu, karena dengan begitu segala konsekuensi harus dapat dipertanggungjwabkan baik materiil ataupun moril.

Setelah vakum dari dunia kampus selama 2 tahun akhirnya terajut kembali dengan sisa-sisa semangat yang ada. Pertemuan perdana dengan rekan-rekan kuliah yang lebih senior, lebih tinggi kemapuannya, membuatku semakin minder, semakin tak bernyali. Hmm bukan lelaki namun rasanya jika selalu saja dengan sifat keminderannya dan tawadhu’ yang tidak tepat pada tempatnya. Begitulah kata-kata yang aku buat agar menjadi lebih semangat. Warna pelangi takkan menjadi indah bila saja hanya satu warna, itupula yang terjadi dalam kelas PERGUNU SOLORAYA, ada yang dewasa, ada juga yang lebih tua. Semua itu berbaur menjadi satu guna menjalin tali kekerabatan dalam ikatan program pascasarjarana. Banyak canda tawa dan duka yang telah dilewati bersama-sama, hanya saja duka dan bahagia lebih banyak bahagia. Bagaimana tidak? Aku dan Gus Arif adalah teman kuliah beliau-beliau yang usianya bisa dibilang relatif muda, yang sepantaran sudah mengisi separuh imannya dalam bahtera kehidupan dengan pasangannya.

Pergojlokan dalam kelas menjadi hal yang biasa, apapun itu persiapkan hati dengan lapang. Seluas samudra, sehangat matahari, tetap berusaha mengikuti alurnya. Sehingga tatkala para dosen bertanya, “ siapa yang belum menikah?”, sontak mereka menunjuk pada kami berdua. Yah, begitulah kenyataan yang harus diterima, namun tak mengapa karena sendiri alias jomblo insyallah bukan karena tak laku hanya saja ada hal-hal wajib yang harus diselesaikan. Memang tak gampang menjaga hati, baik itu secara vertikal maupun horizontal. Menginjak semester dua ini, tentu harusnya semakin dewasa, semakin rajin, disiplin akan tetapi mengawali dan melanggengkan sautu kebaikan bukanlah suatu perkara yang mudah. Banyak sekali rintangan-rintangan yang siap menghadang ditengah-tengah berproses menjadi lebih baik layaknya sebuah besi yang perlu dsepuh, ditempa agar besi itu menjadi lebih bagus kualitasnya demikian pula dengan manusia.

Manusia takkan mempunyai cerita bila tak mempunyai pengalaman dan hanya berkutat pada dunianya saja tanpa ingin mengeksplor pengalaman yang lain. Hidup juga hanya akan stagnan tanpa ada keberanian untuk memulai sesuatu menjadi lebih berwarna, sekalipun setiap orang tentu mempunyai talenta sendiri-sendiri. Syukuri, nikmati, itu semua sebagian dari garis ketentuan Illahi yang tak mungkin manusia dapat menolaknya. Kekurangan dalam sesuatupun tak selamanya menjadi sebuah kehinaan, tak harus sama dengan teman-teman yang diluar sana dengan berbagai kecukupan, prioritaskan hal-hal yang membuatmu lebih abadi dengan karya, meskipun karyamu masih kecil. Karena bisa jadi yang terlihat menyenangkan, mewah, harta banyak belum tentu merasa cukup al hasil, sudah memiliki motor A.B.C seolah-olah masih kurang dalam mencukupi kebutuhan, walaupun diushakan dengan utang/minjam tetap merasa kurang.

Hal yang membuat nyaman bukan hanya harta saja, melainkan ketenangan hati ditengah hiruk pikuk dunia yang tak ada habisnya. Kenyamanan ialah ketika selalu mampu mengingat dzat yang maha hidup, dzat yang menyiapkan segala kebutuhan kita. Secara tidak sadar Tuhan telah memberikan teman-teman seperjuangan di bangku perkuliahan guna membentuk pribadi-pribadi kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Berbagi ilmu, berbagi canda tawa, lebih-lebih berbagi maeman, inilah salah satu hal yang menjadi perekat diantara kita. Kelihatannya sepele berbagi makanan tapi dampaknya akan besar, akan menjadi sebuah kenangan tersendiri bagi kita semua disuatu hari nanti.

Kisah kasih mereka mungkin tak bisa diukur dengan sebuah uang.  Perlu pengorbanan yang lebih guna mencapai kemaslahatan bersama baik dirumah ataupun dikampus. Apapun pekerjaannya berdoa, berusaha, berdoa guna mendapat yang ridho dan berkahnya, serta barokah para Kiai, bu Nyai, Gus, dan yang lainnya. Terutama Gus Arif, maaf bila sampai detik ini hanya bisa merepotkanmu nebeng motor hampir tiap perkulihan, mungkin bisa dihitung memakai motor sendiri. Tapi tiada pilihan lain karena keadaan yang membuatku harus begitu. Jangankan motor milik sendiri Gus, membayar kuliah saja kembang kempis, jangankan mengatungkan tangan kepada orang tua, gubuk reotpun seadanya. Pintaku saat ini pada Tuhan semoga saja dirimu selalu diberikan kesehatan, limpahan rizki lebih-lebih segera dipertemukan jodohnya, biar tidak jomblo melulu serta ketika dirimu ngaji kemana-mana biar ada yang standby menemani, di Aamiin kan bersama yuk!!

Diakhir susunan ratusan kata-kata di atas, beberapa bait doa yang bisa ku panjatkan untuk kita semua sahabat-sahabat Pergunu, sahabat seperjuangan;

“ Ya Allah ya Rabbi curahkanlah RahmtaMu”

“Berikanlah kami kekuatan untuk menyelesaikan studi ini tepat waktu”

“Cukupkanlah kami didunia dan diakhirat”

“ Selamatkanlah kami didunia dan diakhirat”

                                      ^ Al-Faqir ^

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan Populer